Friday, January 17, 2020

Makalah Indonesia Berpotensi Menjadi Negara Maju

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Segala puji dan syukur untuk kehadirat Allah swt, yang telah memberikan rahmat dan  karunia-Nya sehingga saya bisa nulis dan post artikel lagi hehe :v

Mager banget dan gaada gairah buat nulis, bingung milih topik dan gaada penyemangat duh..

Mungkin kali ini ga banyak omong, cuman mau share aja sih, bagi ilmu dan bagi tugas siapa tau ada yang butuh dan mau copas wkwk

jadi di postingan kali ini bakal di liatin tuh review dari makalahnya, ntar di kasih file nya juga dah biar simple ga harus edit" lagi, baik banget kan aneee wkwk klik iklan dong makanyaa bantu blogger yang susah iniii :( huhuhu

yak langsung aja sikat nih makalahnyaa yang berjudul " Bisakah Indonesia Mendapatkan Gelar sebagai Negara Maju " dengan tema/ topik karangan " Indonesia Berpotensi Menjadi Negara Maju "

Nih Link downloadnya ... klik di sini


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah
Indonesia merupakan negara berkembang, sebagai negara berkembang indonesia terus melakukan upaya-upaya untuk menjadi negara maju, yaitu dengan terus melaksanakan pembangunan dalam segala bidang kehidupan salah satunya dalam bidang perekonomian. Seiring dengan majunya teknologi yang memudahkan memperoleh informasi dan semakin pesatnya laju pembangunan, perkembangan perekonomian di indonesia pun terus membaik meskipun belum maksimal, meski demikian hal ini akan lebih baik lagi apabila tersedianya sarana dan prasarana yang mampu menunjang keberhasilan pembangunan perekonomian di Indonesia.
Selain itu di berbagai aspek Indonesia memang meiliki potensi yang sangat mendukung untuk menjadi negara maju, hanya saja ketidak mampuan masyarakat dalam merubah sikap individualnya menjadikan Indonesia sulit untuk menggapai gelar sebagai negara maju.
Banyak sebagian masyarakat Indonesia yang sudah memikirkan bagaimana cara yang tepat untuk memajukan negara, namun semakin hari masyarakat Indonesia memang sulit untuk merubah sikapnya, dari mulai bermalas-malasan hingga ada yang memiliki prinsip “ Jika orang lain bisa, kenapa harus saya.” Sikap itulah yang menjadi halangan bagi negara Indonesia untuk mewujudkan mimpi menjadi negara Maju.



1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah, menunjukan bahwa tingkat partisipasi masyarakat rendah, faktor-faktor yang terkait dengan pengaruh terhadap rendahnya partisipasi masyarakat dapat diidentifikasi sebagai berikut :
1. Masyarakat Indonesia sulit untuk menjadi manusia yang manusia, dikatakan sepeti itu karena kebanyakan dari kita masih sering menyepelekan suatu hal, contohnya hal kecil yang di anggap sepele padahal mereka tidak tahu bahwa hal kecil itu bisa membuat perubahan yang besar. Jika disebutkan contoh aslinya adalah “ Cara kita membuang sampah”, kita sadar masih banyak orang yang membuang sampah sembarangan, dan memang untuk menghilangkan kebiasaan itu sangatlah susah, tapi bukan berarti tidak bisa dan kita harus mencoba.
2. Dengan sumber daya alam yang melimpah seharusnya Indonesia sangat berpotensi untuk menjadi negara maju, namun masyarakat Indonesia masih belum mampu untuk mengolahnya dengan baik dan benar.

1.3 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah dan pembatasan masalah diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “ Bagaimana cara kita membiasakan diri untuk menjadi yang terbaik diantara yang baik, merubah sikap, etika, dan berbagai hal yang bisa menjadi faktor kemajuan negara. Serta mengolah sumber daya alam dengan baik dan benar agar bisa dimanfaatkan dengan maksimal.”

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Keadaan Bangsa & Negara Indonesia
            Diambil kesimpulan dari lagu yang dinyanyikan oleh Iksan Skuter, lagu yang berjudul Bingung, didalamnya memiliki arti yang sangat luas dan sangat mendasar terhadap permasalahan yang ada pada Negara dan Bangsa Indonesia. Liriknya berbunyi seperti ini :
Kiri dikira komunis
Kanan dicap kapitalis
Keras dikatai fasis
Tengah dinilai tak ideologis

Muka klimis katanya necis
Jenggotan dikatai teroris
Bersurban dibilang kearab-araban
Bercelana levis dibully kebarat-baratan

Diam dianggap pasif
Lantang katanya subversif
Bertani dianggap kuno
Jadi pegawai distempel mental londo

Memilih jadi kere salah
Ingin kaya sangatlah susah
Belum berhasil dihina
Sukses jadi omongan tetangga

Makin hari makin susah saja
Menjadi manusia yang manusia
Sepertinya menjadi manusia
Adalah masalah buat manusia.


            Jika dipahami arti dari liriknya, itu semua sedang menyindir masyarakat Indonesia yang selalu men-judge orang lain. Susahnya membangun sifat menghargai menjadikan masyarakat Indonesia seperti ini. Dan inilah yang termasuk faktor masyarakat Indonesia menjadi penghambat kemajuan negara.
            Masih ada lanjutan liriknya dari lagu tersebut, bisa kita lihat sebagai berikut:
Menjadi bintang ketinggian
Menjadi tanah kerendahan
Jadi matahari gak sanggup
Menjadi bulan terlalu redup

Gedung-gedung ditinggikan
Akal sehat dihancurkan
Sekolah dimahalkan
Ilmu dibuang keselokan

Guru setra sudah digelar
Dalangnya akan berkoar
Lakon sudah disiapkan
Korban-korban pasti dibungkam

Maling sendal dibakar
Koruptop berkelakar
Makin hari makin susah saja
Menjadi manusia yang manusia
Sepertinya menjadi manusia
Adalah masalah buat manusia.

Dilihat dari lirik lanjutannya, pemerintahnya pun sama, memiliki sifat buruk yang harus dirubah, harus dibuat kembali dan harus dibangun bersama. Hukum di Indonesia tidak tegas karena hukum masih bisa dimainkan dengan sejumlah uang, para pidana yang memakan uang rakyat hanya dikurung di penjara mewah bak hotel, namun sebaliknya masyarakat biasa yang memiliki kesalahan tak seberapa malah di sanksi habis-habisan. Oleh karena itu kita patutnya menyadari bahwa hal kecil yang kita sepelekan bisa membuat perubahan besar, dan setelah tahu pernyataan ini marilah kita mulai merubah sifat, sikap, etika dan kebiasaan kita menjadi lebih baik lagi.

2.2  Sumber Daya Alam Negara Indonesia
            Sumber daya alam Indonesia sangatlah banyak, patutnya kita bersyukur atas rahmat Allah SWT yang telah memberikan itu semua, dengan cara mengelola semua itu dengan baik dan tidak merusaknya, memelihara keutuhan dan kelestariannya. Disamping itu semua kita juga harus menjaga, agar sumber daya alam di negeri kita tidak di rebut oleh negara lain, karena saat ini negara kita sangat terancam oleh negara asing yang ingin menguasai suatu hal yang ada di negara Indonesia.
Gubernur Bank Indonesia ( BI) Agus DW Martowardojo menyatakan, Indonesia memiliki sejumlah modal untuk menjadi negara maju. Dengan demikian, pada kondisi itu, Indonesia diharapkan dapat memakmurkan dan menyejahterakan masyarakat. "Ekonomi Indonesia diperhitungkan dalam tataran global dan masuk 16 besar dunia. Demokrasi Indonesia terbesar ketiga di dunia," ujar Agus saat menyampaikan amanat sebagai Inspektur Upacara Hari Kemerdekaan RI ke-72 di Kompleks Perkantoran BI, Kamis (17/8/2017). Menurut Agus, potensi-potensi yang dimiliki Indonesia antara lain sumber daya alam yang melimpah.

2.3 Sumber Daya Manusia Negara Indonesia
Presiden Joko Widodo mengungkapkan bahwa Indonesia punya bekal kuat untuk berubah statusnya dari negara berkembang menjadi negara maju. Hal yang dimaksud yakni dengan banyaknya jumlah penduduk dan bermayoritas berusia produktif dan muda. Karenanya, fokus pada tahun 2020 akan digenjot peningkatan kualitas sumber daya manusianya. Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas adalah penting untuk menghadapi ekonomi digital.
“Bonus demografi harus diimbangi dengan kemajuan. Indonesia punya modal awal untuk bersaing di tingkat global, jumlah penduduk Indonesia adalah terbesar nomor 4 di dunia dan sebagian besar berusia muda,” ujar Presiden Jokowi saat menyampaikan Pidato Penyampaian Keterangan Pemerintah atas RUU APBN Tahun Anggaran 2020 Beserta Nota Keuangan dan Dokumen Pendukungnya di hadapan Rapat Paripurna di Gedung Nusantara, Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Jumat (16/8/2019).
Presiden Jokowi meyakini jika peningkatan kualitas SDM adalah salah satu cara untuk mengantarkan Indonesia menjadi negara maju. Karena itu ia akan terus membangun sinergi dengan berbagai pihak guna mencapai tujuan tersebut. “Saya yakin pada fokus peningktaan SDM, Indonesia segera mewujudkan visinya untuk menjadi negara maju,” tutur Presiden Jokowi.
Selain memberikan motivasi tersebut, Presiden Jokowi juga menyampaikan realisasi pertumbuhan ekonomi Indonesia ditengah pelemahan ekonomi global, negara-negara lain menurut catatannya mengalami pertumbuhan yang negatif.
“Ekonomi dunia masih mengalami ketidakpastian, bahkan beberapa negara pertumbuhannya negatif. Kita harus menghadapi perang dagang dan harus waspada. Saat negara lain ekonominya melambat, ekonomi kita mampu tumbuh,” ujar Presiden Jokowi.
Hal ini mengingatkan agar para pemangku kepentingan ini dapat mengubah situasi yang sulit menjadi sebuah kekuatan untuk bangkit. Sehingga, Bangsa Indonesia tidak ikut terpengaruh negatif sebagai akibat melambatnya pertumbuhan ekonomi global.
“Kita harus mampu tumbuh, kita manfaatkan kesulitan sebagai kekuatan untuk bangkit dan indonesia maju, kuncinya adalah untuk terus meningkatkan daya saing nasional yang bertumpu pada kualitas SDM, karena pada tahun 2020 kita fokus tingkatkan kualitas SDM,” pungkas Presiden Jokowi.

2.4 Indonesia Berpotensi Menjadi Negara Maju
Chairman McKinsey Global Institute, Raoul Oberman mengatakan, Indonesia berpotensi menjadi negara maju pada 2030. Dan salah satu faktanya yang mendukung adalah 60 persen pertumbuhan ekonomi ditopang oleh peningkatan produktivitas.
Menurut Raoul, Indonesia memang memiliki waktu yang panjang untuk bisa menjadi negara maju. Jika diproyeksikan menjadi negara maju pada 2030, Indonesia perlu waktu 85 tahun untuk bisa menjadi negara maju.
Apalagi diperkirakan Indonesia akan melewati puncak dari bonus demografi antara tahun 2030-2045.
Meskipun bonus demografi berpotensi menjadikan Indonesia menjadi negara yang maju, tapi apakah MUNGKIN kita bisa memanfaatkan bonus demografi ini dengan baik?
Dapatkah kita mengoptimalkan bonus demografi ini agar bonus demografi benar-benar menjadi bonus bagi Indonesia dan bukan malah bencana?
Menurut dari HSBC Global Research, adanya bonus demografi membawa dampak yang positif bagi Indonesia. Salah satunya adalah meningkatnya minat investasi asing ke Indonesia.
Sebuah negara yang mengalami bonus demografi akan mengalami kemajuan di segala bidang terutama dalam bidang ekonomi. Ini bisa kita lihat dari sejumlah negara, seperti Tiongkok, Korea Selatan dan juga Thailand.
Sayangnya berbagai persoalan seperti kenakalan remaja, pergaulan bebas dan hingga tawarun sekolah seperti tidak ada habis-habisnya. Bahkan angka pengangguran sangat signifikan pasti naik tiap tahunnya. Ini bisa menjadi BUMERANG bagi bangsa ini. Bonus demografi ini justru akan menjadi ledakan yang SUPER EKSPLOSIF, yang membuat kemunduran Indonesia.
Untuk menyiapkan generasi yang berkarakter, percaya diri dan kompetitif, tak cukup hanya mengandalkan aktifitas pendidikan formal dalam kelas. Justru pendidikan informal dapat mempengaruhi mental anak dan remaja. Biasanya aktifitas pendidikan informal yang di desain konsep yang matang, terbukti melahirkan remaja yang percaya diri dan punya nyali untuk bersaing dan bertumbuh sesuai potensinya.

2.5 Situasi dan Kondisi Perekonomian Indonesia
Bukan sekali saja, Indonesia diprediksi menjadi salah satu powerhouse perekonomian dunia. Tahun lalu, firma konsultan global Price Waterhouse Cooper (PwC) menerbitkan laporan komprehensif berjudul “The Long View: How will the global economic order change by 2050?”. Dalam analisis ini, Indonesia yang pada 2016 berada di peringkat ke-8 ekonomi terbesar dunia, pada 2050 diproyeksikan naik menjadi peringkat ke-4, setelah Tiongkok, India dan Amerika Serikat.
Pada September 2012, McKinsey Global Institute (MGI) merilis laporan sejenis berjudul “The archipelago economy: unleashing Indonesia’s potential”. Isinya kurang lebih memprediksi hal yang sama, yaitu peningkatan perekonomian Indonesia, dari peringkat ke-17 pada 2012 menjadi peringkat ke-7 pada 2030.
Dua laporan ini mewakili begitu banyak analisis yang optimistis terhadap masa depan perekonomian Indonesia. Meski membesarkan hati, jangan membuat kita terlena (complacent), karena ada banyak pekerjaan yang harus diselesaikan guna merealisasikan potensi tersebut. Kita perlu memperhatikan dengan seksama berbagai asumsi yang dipergunakan dalam melakukan proyeksi tersebut.
Dalam laporan MGI secara eksplisit dijelaskan, ada dua syarat besar guna merealisasikan potensi perekonomian Indonesia.
Pertama, meningkatkan produktivitas perekonomian, yang salah satunya ditandai dengan peningkatan produktivitas tenaga kerja yang bertambah sekitar 60 persen pada periode 2010 hingga 2030 nanti.
Kedua, mampu memperbaiki kesenjangan perekonomian agar pencapaian pembangunan tak porak-poranda akibat kekacauan politik dan sosial. Hanya dengan dua cara tersebut, potensi menjadi salah satu kekuatan ekonomi terbesar dunia bisa terealisasi. Jika gagal diciptakan prasyarat tersebut, maka tentu saja potensi sulit direalisasikan Sama seperti MGI, proyeksi PwC juga mengandaikan selama 30 tahun ke depan perekonomian kita bisa tumbuh di atas 7 persen.
Sebuah asumsi yang pada hari ini sulit dibayangkan. Meski begitu, proyeksi tersebut menunjukkan betapa potensi perekonomian kita memang menjanjikan dan yang diperlukan adalah sebuah peta jalan untuk merealisasikannya, betapapun jalannya begitu terjal dan berliku. Perangkap Pertumbuhan Selama 4 tahun ini, kita berada dalam siklus pertumbuhan yang terus menurun. Pada 2011 lalu kita berada pada puncak pertumbuhan ekonomi sebesar 6,5 persen akibat booming harga komoditas. Setelah itu, seiring dengan jatuhnya harga komoditas, pertumbuhan ekonomi juga terus menyusut, menjadi 6,2 persen pada 2012 dan turun lagi menjadi 5,8 persen pada 2013. Pada 2015 kita berada di titik pertumbuhan terendah sebesar 4,88 persen dalam kurun waktu 5 tahun. Setelah itu, pola pertumbuhan mulai recovery, namun relatif lambat. Pada 2016 naik menjadi 5, 03 persen, pada 2017 menjadi 5,07 persen dan 2018 naik lagi menjadi 5,17 persen.
Meski mulai memasuki fase peningkatan, terkesan sangat lambat. Rasanya kita terperangkap pada pola pertumbuhan moderat sebesar 5 persen. Fakta ini tak bisa dihindari. Dunia tengah mencari titik keseimbangan dan fase stabilitas yang disertai pertumbuhan tinggi telah berakhir. Pola pertumbuhan global berubah drastis menjadi penuh ketidakpastian, tak sinkron satu kawasan dengan kawasan lain, serta pola pertumbuhan terus merosot.
Perang dagang antara Amerika Serikat dan Tiongkok  hanyalah puncak gunung es dari fase pencarian titik temu perekonomian global ini. Dan nampaknya, fase pertumbuhan global ke depan penuh dengan dinamika yang menantang. Jika dalam situasi yang tak menguntungkan ini perekonomian kita masih bisa tumbuh di atas 5 persen, sudah merupakan kinerja yang baik.  Masalahnya, untuk meraih mimpi menjadi salah satu kekuatan ekonomi terbesar dan menjadi negara maju, maka kita perlu meningkatkan secara bertahap pertumbuhan kita menjadi rata-rata 6-7 persen dalam 10 tahun ke depan. Tentu tak mudah, namun perlu upaya yang sistematis dan berkelanjutan agar kita terbebas dari “perangkap negara berpenghasilan menengah”. 
Selama 4 tahun terakhir, pemerintah sangat progresif membangun infrastruktur. Dana yang dialokasikan juga meningkat setiap tahun. Apakah cukup?  Tentu tidak. Masalahnya, infrastruktur adalah prasyarat pokok yang harus dipenuhi. Meski tak mencukupi, namun dibutuhkan. Sehingga, mau tidak mau harus diupayakan. Pertanyaannya, apa setelah pembangunan infrastruktur? Saatnya menyusun peta jalan membangun basis perekonomian yang produktif dan berdaya saing, ditandai dengan peningkatan penerimaan dari sektor manufaktur berorientasi ekspor. Bagaimana kita bica mencapainya? Produktivitas Salah satu kunci agar kita bisa “naik kelas” menjadi bagian dari kelompok negara maju adalah membangun basis produksi dengan bertumpu pada prinsip produktivitas.
Produktivitas adalah ukuran untuk menilai seberapa kita mampu menghasilkan luaran (output perekonomian) dari sumber daya (faktor produksi) yang kita miliki. Paling tidak, ada dua sumber daya yang perlu kita upayakan agar mendorong perekonomian domestik.
·         Pertama, tenaga kerja yang selama ini dianggap menjadi salah satu kendala pokok dalam meningkatkan produksi domestik.
·         Kedua, modal yang masih relatif langka sehingga kita menggantungkan ketersediaannya dari pihak eksternal.
Lemahnya produktivitas perekonomian domestik ditandai dengan tak berkembangnya sektor industri manufaktur yang menghasilkan produk berorientasi ekspor. Defisit neraca transaksi berjalan pada 2018 yang nilainya sangat besar, yaitu sekitar US$ 31 miliar atau terburuk sejak 1975 merupakan early warning dalam membangun perekonomian domestik. Dalam dua tahun terakhir, defisit transaksi berjalan terus membesar. Jika pada 2016 lalu hanya sebesar (-1,82) persen, pada 2017 sebesar (-1,6) persen, pada 2018 lalu melonjak menjadi (-2,98) persen. Defisit transaksi berjalan menunjukkan ketergantungan kita pada sumber daya eksternal dalam mendorong perekonomian kita.
 Dengan kata lain, jika ingin tumbuh lebih tinggi, maka diperlukan transformasi perekonomian agar sumber daya domestik lebih kuat.
·         Pertama, meningkatkan ekspor non-migas agar lebih banyak penerimaan dalam bentuk valuta asing masuk pada perekonomian kita. Neraca non-migas memang masih surplus, namun jumlahnya terus menurun. Pada 2016 lalu neraca non-migas surplus sebesar US$ 19 miliar dan pada 2018 lalu turun menjadi US$ 11 miliar. Ekspor produk non-migas naik, namun kalah dengan kenaikan impor. Penerimaan devisa dalam jumlah besar dari neraca barang non-migas akan menjadi penanda daya saing sektor industri. Penerimaan yang masuk menandakan produk non-migas kita punya daya saing dan mampu menopang aktivitas perekonomian domestik, melalui penciptaan lapangan kerja.
·         Kedua, meningkatkan penerimaan dari sektor pariwisata yang memang dalam beberapa tahun terakhir sudah mengalami peningkatan cukup signifikan. Jika pada 2016 lalu, wisatawan asing yang datang sekitar 12 juta, pada 2018 lalu sudah mencapai 14 juta dari 15 juta yang ditargetkan. Meski meningkat, namun bila dibandingkan dengan jumlah wisatawan asing negara tetangga, kita masih sangat tertinggal. Malaysia misalnya, jumlah wiasatawan yang datang mencapai 25 juta, sementara Thailand sekitar 35 juta. Perlu upaya yang terarah untuk terus meningkatkan jumlah wisatawan asing ke berbagai destinasi wisata yang disiapkan secara komprehensif, mulai dari transportasi, perhotelan serta sarana logistik lainnya.
·         Ketiga, mengurangi beban neraca migas yang terus mengalami defisit dari tahun ke tahun. Jika pada 2016 lalu defisit neraca migas mencapai US$ 4,7 miliar, pada 2018 defisit melonjak menjadi US$ 11,5 miliar. Kilang minyak di Cilacap (Katadata) Untuk menopang dinamika perekonomian domestik, kita terus meningkatkan kebutuhan impor migas. Harus dicari jalan keluar yang komprehensif dari yang paling ideal, yaitu mengurangi penggunaan energi fosil melalui peningkatan produksi energi terbarukan hingga cara yang paling pragmatis, seperti membeli kilang minyak di negara lain sehingga impor migas akan tercatat sebagai penerimaan pemerintah.
·         Keempat, membangun basis industri penghasil bahan baku secara masif. Kita tahu, kebutuhan konsumsi dan investasi kita masih sebagian besar dipenuhi dari bahan baku dan bahan penolong impor. Tanpa ada upaya membangun industri penghasil bahan baku, kita akan terus tergantung pada impor sehingga membebani neraca transaksi berjalan. Pendek kata, untuk mencapai mimpi menjadi negara maju, tak bisa membiarkan dinamika perekonomian bergerak sendiri tanpa arah dan strategi. Potensi memang besar, namun tantangan juga tak ringan. Karena itu, diperlukan upaya yang sistematis dan berkelanjutan, agar potensi menjadi negara maju, salah satunya ditandai dengan naiknya peringkat perekonomian dari sisi output. Tak ada jalan yang mudah, namun bukan berarti tak mungkin. Hanya perlu kerja keras.

BAB III
PENUTUP
3.1    Kesimpulan
Pada intinya kita harus saling menghargai & menjaga etika, karena etika adalah salah satu cara menjaga Ambisi, dimana ambisi yang kita maksud adalah rasa ingin mendapatkan gelar sebagai Negara Maju, selain itu berpola fikir maju sangat di butuhkan untuk mewujudkan mimpi tersebut, kita harus lebih banyak bertindak dan berfikir, buang rasa malas-malasan dan bangun rasa semangat untuk menjadi yang lebih baik dari sebelumnya.
Dan yang terpenting kita harus tahu bahwa kita memiliki sumber daya alam yang melimpah, kita harus bisa menjaga keutuhan & kelestariannya, Mengolah dengan baik agar bisa dimanfaatkan dengan maksimal, selain itu kita harus bisa memproduksi bukan hanya menjadi manusia yang konsumtif, jika kita sudah bisa melakukan itu semua, perlahan tapi pasti kita akan menjadi negara yang di katakan sebagai Negara Maju, ingatlah perkataan ini “ Hal kecil sangatlah berpengaruh dan bisa membuat perubahan besar, oleh karena itu jangan pernah menyepelekan hal kecil, dan teruslah berusaha untuk menjadi yang terbaik diantara yang baik.”

3.2  Saran
Dalam penulisan makalah ini tentunya mempunyai kekurangan dan kelebihan, baik dalam segi penyampaian isi, kedepannya penulis akan lebih fokus dan details dalam menjelaskan tentang makalah di atas dengan sumber-sumber yang lebih banyak lagi. Untuk saran bisa dapat berisi kritik atau saran terhadap penulisan juga bisa untuk menanggapi terhadap kesimpulan dari bahasan makalah yang telah dijelaskan.

DAFTAR PUSTAKA

Setiawan, Sakina Rakhma Diah. 2017.  Artikel. 72 Tahun Merdeka, Indonesia Berpotensi Jadi Negara Maju. Dalam https://ekonomi.kompas.com/ read/2017/08/17/120100026/72-tahun-merdeka-indonesia-berpotensi-jadi-negara-maju?page=all. diakses pada 29 Desember 2019.
Prasetyantoko, A., Syahrul, Yura ( Ed.). 2019.  Artikel. Mimpi Indonesia Menjadi Negara Ekonomi Besar. Dalam https://katadata.co.id/opini/2019/09/11/ mimpi-indonesia-menjadi-negara-ekonomi-besar diakses pada 29 Desember 2019.
Admin Situs Dewan Perwakilan Rakyat. 2019. Artikel. Indonesia Berpotensi Menjadi Negara Maju. Dalam http://www.dpr.go.id/berita/detail/id/ 25605/t/Indonesia+Berpotensi+Menjadi+Negara+Maju diakses pada 29 Desember 2019.
Makki, Saffir. 2019. Artikel. Indonesia Butuh 17 Tahun Lagi Jadi Negara Maju. Dalam https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20190108150234-532-359 304/indonesia-butuh-17-tahun-lagi-jadi-negara-maju diakses pada 29 Desember 2019.




0 comments:

Post a Comment