Segala puji dan syukur untuk kehadirat Allah swt, yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga saya bisa nulis dan post artikel lagi hehe :v
Mager banget dan gaada gairah buat nulis, bingung milih topik dan gaada penyemangat duh..
Mungkin kali ini ga banyak omong, cuman mau share aja sih, bagi ilmu dan bagi tugas siapa tau ada yang butuh dan mau copas wkwk
jadi di postingan kali ini bakal di liatin tuh review dari makalahnya, ntar di kasih file nya juga dah biar simple ga harus edit" lagi, baik banget kan aneee wkwk klik iklan dong makanyaa bantu blogger yang susah iniii :( huhuhu
yak langsung aja sikat nih makalahnyaa yang berjudul " Bisakah Indonesia Mendapatkan Gelar sebagai Negara Maju " dengan tema/ topik karangan " Indonesia Berpotensi Menjadi Negara Maju "
Nih Link downloadnya ... klik di sini
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Masalah
Indonesia merupakan negara berkembang, sebagai negara berkembang indonesia
terus melakukan upaya-upaya untuk menjadi negara maju, yaitu dengan terus
melaksanakan pembangunan dalam segala bidang kehidupan salah satunya dalam
bidang perekonomian. Seiring dengan majunya teknologi yang memudahkan
memperoleh informasi dan semakin pesatnya laju pembangunan, perkembangan
perekonomian di indonesia pun terus membaik meskipun belum maksimal, meski
demikian hal ini akan lebih baik lagi apabila tersedianya sarana dan prasarana
yang mampu menunjang keberhasilan pembangunan perekonomian di Indonesia.
Selain itu di berbagai aspek Indonesia memang meiliki potensi yang sangat
mendukung untuk menjadi negara maju, hanya saja ketidak mampuan masyarakat
dalam merubah sikap individualnya menjadikan Indonesia sulit untuk menggapai
gelar sebagai negara maju.
Banyak sebagian masyarakat Indonesia yang sudah memikirkan bagaimana cara
yang tepat untuk memajukan negara, namun semakin hari masyarakat Indonesia
memang sulit untuk merubah sikapnya, dari mulai bermalas-malasan hingga ada
yang memiliki prinsip “ Jika orang lain bisa, kenapa harus saya.” Sikap itulah
yang menjadi halangan bagi negara Indonesia untuk mewujudkan mimpi menjadi
negara Maju.
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah, menunjukan bahwa tingkat partisipasi
masyarakat rendah, faktor-faktor yang terkait dengan pengaruh terhadap
rendahnya partisipasi masyarakat dapat diidentifikasi sebagai berikut :
1. Masyarakat Indonesia
sulit untuk menjadi manusia yang manusia, dikatakan sepeti itu karena
kebanyakan dari kita masih sering menyepelekan suatu hal, contohnya hal kecil
yang di anggap sepele padahal mereka tidak tahu bahwa hal kecil itu bisa
membuat perubahan yang besar. Jika disebutkan contoh aslinya adalah “ Cara kita
membuang sampah”, kita sadar masih banyak orang yang membuang sampah
sembarangan, dan memang untuk menghilangkan kebiasaan itu sangatlah susah, tapi
bukan berarti tidak bisa dan kita harus mencoba.
2. Dengan sumber daya
alam yang melimpah seharusnya Indonesia sangat berpotensi untuk menjadi negara
maju, namun masyarakat Indonesia masih belum mampu untuk mengolahnya dengan
baik dan benar.
1.3 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah dan pembatasan masalah
diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “ Bagaimana cara kita
membiasakan diri untuk menjadi yang terbaik diantara yang baik, merubah sikap,
etika, dan berbagai hal yang bisa menjadi faktor kemajuan negara. Serta
mengolah sumber daya alam dengan baik dan benar agar bisa dimanfaatkan dengan
maksimal.”
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Keadaan
Bangsa & Negara Indonesia
Diambil
kesimpulan dari lagu yang dinyanyikan oleh Iksan Skuter, lagu yang berjudul Bingung,
didalamnya memiliki arti yang sangat luas dan sangat mendasar terhadap
permasalahan yang ada pada Negara dan Bangsa Indonesia. Liriknya berbunyi
seperti ini :
Kiri dikira komunis
Kanan dicap kapitalis
Keras dikatai fasis
Tengah dinilai tak
ideologis
Muka klimis katanya necis
Jenggotan dikatai teroris
Bersurban dibilang kearab-araban
Bercelana levis dibully kebarat-baratan
Diam dianggap pasif
Lantang katanya subversif
Bertani dianggap kuno
Jadi pegawai distempel mental londo
Memilih jadi kere salah
Ingin kaya sangatlah susah
Belum berhasil dihina
Sukses jadi omongan tetangga
Makin hari makin susah saja
Menjadi manusia yang manusia
Sepertinya menjadi manusia
Adalah masalah buat manusia.
Jika dipahami arti dari liriknya, itu semua sedang
menyindir masyarakat Indonesia yang selalu men-judge orang lain. Susahnya
membangun sifat menghargai menjadikan masyarakat Indonesia seperti ini. Dan
inilah yang termasuk faktor masyarakat Indonesia menjadi penghambat kemajuan
negara.
Masih
ada lanjutan liriknya dari lagu tersebut, bisa kita lihat sebagai berikut:
Menjadi bintang ketinggian
Menjadi tanah kerendahan
Jadi matahari gak sanggup
Menjadi bulan terlalu redup
Gedung-gedung ditinggikan
Akal sehat dihancurkan
Sekolah dimahalkan
Ilmu dibuang keselokan
Guru setra sudah digelar
Dalangnya akan berkoar
Lakon sudah disiapkan
Korban-korban pasti dibungkam
Maling sendal dibakar
Koruptop berkelakar
Makin hari makin susah saja
Menjadi manusia yang manusia
Sepertinya menjadi manusia
Adalah masalah buat manusia.
Dilihat dari lirik
lanjutannya, pemerintahnya pun sama, memiliki sifat buruk yang harus dirubah,
harus dibuat kembali dan harus dibangun bersama. Hukum di Indonesia tidak tegas
karena hukum masih bisa dimainkan dengan sejumlah uang, para pidana yang memakan
uang rakyat hanya dikurung di penjara mewah bak hotel, namun sebaliknya
masyarakat biasa yang memiliki kesalahan tak seberapa malah di sanksi
habis-habisan. Oleh karena itu kita patutnya menyadari bahwa hal kecil yang
kita sepelekan bisa membuat perubahan besar, dan setelah tahu pernyataan ini
marilah kita mulai merubah sifat, sikap, etika dan kebiasaan kita menjadi lebih
baik lagi.
2.2 Sumber Daya Alam Negara Indonesia
Sumber
daya alam Indonesia sangatlah banyak, patutnya kita bersyukur atas rahmat Allah
SWT yang telah memberikan itu semua, dengan cara mengelola semua itu dengan
baik dan tidak merusaknya, memelihara keutuhan dan kelestariannya. Disamping
itu semua kita juga harus menjaga, agar sumber daya alam di negeri kita tidak
di rebut oleh negara lain, karena saat ini negara kita sangat terancam oleh
negara asing yang ingin menguasai suatu hal yang ada di negara Indonesia.
Gubernur
Bank Indonesia ( BI) Agus DW Martowardojo menyatakan, Indonesia memiliki
sejumlah modal untuk menjadi negara maju. Dengan demikian, pada kondisi itu,
Indonesia diharapkan dapat memakmurkan dan menyejahterakan masyarakat.
"Ekonomi Indonesia diperhitungkan dalam tataran global dan masuk 16 besar
dunia. Demokrasi Indonesia terbesar ketiga di dunia," ujar Agus saat menyampaikan
amanat sebagai Inspektur Upacara Hari Kemerdekaan RI ke-72 di Kompleks
Perkantoran BI, Kamis (17/8/2017). Menurut
Agus, potensi-potensi yang dimiliki Indonesia antara lain sumber daya alam yang
melimpah.
2.3 Sumber Daya Manusia Negara Indonesia
Presiden
Joko Widodo mengungkapkan bahwa Indonesia punya bekal kuat untuk berubah
statusnya dari negara berkembang menjadi negara maju. Hal yang dimaksud yakni
dengan banyaknya jumlah penduduk dan bermayoritas berusia produktif dan muda.
Karenanya, fokus pada tahun 2020 akan digenjot peningkatan kualitas sumber daya
manusianya. Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas adalah penting untuk
menghadapi ekonomi digital.
“Bonus
demografi harus diimbangi dengan kemajuan. Indonesia punya modal awal untuk
bersaing di tingkat global, jumlah penduduk Indonesia adalah terbesar nomor 4
di dunia dan sebagian besar berusia muda,” ujar Presiden Jokowi saat
menyampaikan Pidato Penyampaian Keterangan Pemerintah atas RUU APBN Tahun
Anggaran 2020 Beserta Nota Keuangan dan Dokumen Pendukungnya di hadapan Rapat
Paripurna di Gedung Nusantara, Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Jumat
(16/8/2019).
Presiden
Jokowi meyakini jika peningkatan kualitas SDM adalah salah satu cara untuk
mengantarkan Indonesia menjadi negara maju. Karena itu ia akan terus membangun
sinergi dengan berbagai pihak guna mencapai tujuan tersebut. “Saya yakin pada
fokus peningktaan SDM, Indonesia segera mewujudkan visinya untuk menjadi negara
maju,” tutur Presiden Jokowi.
Selain
memberikan motivasi tersebut, Presiden Jokowi juga menyampaikan realisasi
pertumbuhan ekonomi Indonesia ditengah pelemahan ekonomi global, negara-negara
lain menurut catatannya mengalami pertumbuhan yang negatif.
“Ekonomi
dunia masih mengalami ketidakpastian, bahkan beberapa negara pertumbuhannya
negatif. Kita harus menghadapi perang dagang dan harus waspada. Saat negara
lain ekonominya melambat, ekonomi kita mampu tumbuh,” ujar Presiden Jokowi.
Hal
ini mengingatkan agar para pemangku kepentingan ini dapat mengubah situasi yang
sulit menjadi sebuah kekuatan untuk bangkit. Sehingga, Bangsa Indonesia tidak
ikut terpengaruh negatif sebagai akibat melambatnya pertumbuhan ekonomi global.
“Kita
harus mampu tumbuh, kita manfaatkan kesulitan sebagai kekuatan untuk bangkit
dan indonesia maju, kuncinya adalah untuk terus meningkatkan daya saing
nasional yang bertumpu pada kualitas SDM, karena pada tahun 2020 kita fokus
tingkatkan kualitas SDM,” pungkas Presiden Jokowi.
2.4 Indonesia Berpotensi Menjadi Negara
Maju
Chairman McKinsey Global Institute,
Raoul Oberman mengatakan, Indonesia berpotensi menjadi negara maju pada 2030.
Dan salah satu faktanya yang mendukung adalah 60 persen pertumbuhan ekonomi
ditopang oleh peningkatan produktivitas.
Menurut Raoul, Indonesia memang
memiliki waktu yang panjang untuk bisa menjadi negara maju. Jika diproyeksikan
menjadi negara maju pada 2030, Indonesia perlu waktu 85 tahun untuk bisa
menjadi negara maju.
Apalagi diperkirakan Indonesia akan
melewati puncak dari bonus demografi antara tahun 2030-2045.
Meskipun bonus demografi berpotensi
menjadikan Indonesia menjadi negara yang maju, tapi apakah MUNGKIN kita bisa
memanfaatkan bonus demografi ini dengan baik?
Dapatkah kita mengoptimalkan bonus
demografi ini agar bonus demografi benar-benar menjadi bonus bagi Indonesia dan
bukan malah bencana?
Menurut dari HSBC Global Research,
adanya bonus demografi membawa dampak yang positif bagi Indonesia. Salah
satunya adalah meningkatnya minat investasi asing ke Indonesia.
Sebuah negara yang mengalami bonus
demografi akan mengalami kemajuan di segala bidang terutama dalam bidang
ekonomi. Ini bisa kita lihat dari sejumlah negara, seperti Tiongkok, Korea
Selatan dan juga Thailand.
Sayangnya berbagai persoalan seperti
kenakalan remaja, pergaulan bebas dan hingga tawarun sekolah seperti tidak ada
habis-habisnya. Bahkan angka pengangguran sangat signifikan pasti naik tiap
tahunnya. Ini bisa menjadi
BUMERANG bagi bangsa ini. Bonus demografi ini justru akan menjadi ledakan yang
SUPER EKSPLOSIF, yang membuat kemunduran Indonesia.
Untuk menyiapkan generasi yang
berkarakter, percaya diri dan kompetitif, tak cukup hanya mengandalkan
aktifitas pendidikan formal dalam kelas. Justru pendidikan informal dapat
mempengaruhi mental anak dan remaja. Biasanya aktifitas pendidikan informal
yang di desain konsep yang matang, terbukti
melahirkan remaja yang percaya diri dan punya nyali untuk bersaing dan
bertumbuh sesuai potensinya.
2.5 Situasi
dan Kondisi Perekonomian Indonesia
Bukan sekali saja, Indonesia diprediksi
menjadi salah satu powerhouse perekonomian dunia. Tahun lalu, firma konsultan
global Price Waterhouse Cooper (PwC) menerbitkan laporan komprehensif berjudul
“The Long View: How will the global economic order change by 2050?”. Dalam
analisis ini, Indonesia yang pada 2016 berada di peringkat ke-8 ekonomi terbesar
dunia, pada 2050 diproyeksikan naik menjadi peringkat ke-4, setelah Tiongkok,
India dan Amerika Serikat.
Pada September 2012, McKinsey Global
Institute (MGI) merilis laporan sejenis berjudul “The archipelago economy:
unleashing Indonesia’s potential”. Isinya kurang lebih memprediksi hal yang
sama, yaitu peningkatan perekonomian Indonesia, dari peringkat ke-17 pada 2012
menjadi peringkat ke-7 pada 2030.
Dua laporan ini mewakili begitu banyak
analisis yang optimistis terhadap masa depan perekonomian Indonesia. Meski
membesarkan hati, jangan membuat kita terlena (complacent), karena ada banyak
pekerjaan yang harus diselesaikan guna merealisasikan potensi tersebut. Kita
perlu memperhatikan dengan seksama berbagai asumsi yang dipergunakan dalam
melakukan proyeksi tersebut.
Dalam laporan MGI secara eksplisit
dijelaskan, ada dua syarat besar guna merealisasikan potensi perekonomian
Indonesia.
Pertama, meningkatkan produktivitas
perekonomian, yang salah satunya ditandai dengan peningkatan produktivitas tenaga
kerja yang bertambah sekitar 60 persen pada periode 2010 hingga 2030 nanti.
Kedua, mampu memperbaiki kesenjangan
perekonomian agar pencapaian pembangunan tak porak-poranda akibat kekacauan
politik dan sosial. Hanya dengan dua cara tersebut, potensi menjadi salah satu
kekuatan ekonomi terbesar dunia bisa terealisasi. Jika gagal diciptakan
prasyarat tersebut, maka tentu saja potensi sulit direalisasikan Sama seperti
MGI, proyeksi PwC juga mengandaikan selama 30 tahun ke depan perekonomian kita
bisa tumbuh di atas 7 persen.
Sebuah asumsi yang pada hari ini sulit
dibayangkan. Meski begitu, proyeksi tersebut menunjukkan betapa potensi
perekonomian kita memang menjanjikan dan yang diperlukan adalah sebuah peta
jalan untuk merealisasikannya, betapapun jalannya begitu terjal dan berliku.
Perangkap Pertumbuhan Selama 4 tahun ini, kita berada dalam siklus pertumbuhan
yang terus menurun. Pada 2011 lalu kita berada pada puncak pertumbuhan ekonomi
sebesar 6,5 persen akibat booming harga komoditas. Setelah itu, seiring dengan
jatuhnya harga komoditas, pertumbuhan ekonomi juga terus menyusut, menjadi 6,2
persen pada 2012 dan turun lagi menjadi 5,8 persen pada 2013. Pada 2015 kita
berada di titik pertumbuhan terendah sebesar 4,88 persen dalam kurun waktu 5
tahun. Setelah itu, pola pertumbuhan mulai recovery, namun relatif lambat. Pada
2016 naik menjadi 5, 03 persen, pada 2017 menjadi 5,07 persen dan 2018 naik
lagi menjadi 5,17 persen.
Meski mulai memasuki fase peningkatan,
terkesan sangat lambat. Rasanya kita terperangkap pada pola pertumbuhan moderat
sebesar 5 persen. Fakta ini tak bisa dihindari. Dunia tengah mencari titik
keseimbangan dan fase stabilitas yang disertai pertumbuhan tinggi telah
berakhir. Pola pertumbuhan global berubah drastis menjadi penuh ketidakpastian,
tak sinkron satu kawasan dengan kawasan lain, serta pola pertumbuhan terus
merosot.
Perang dagang antara Amerika Serikat dan
Tiongkok hanyalah puncak gunung es dari fase pencarian titik temu
perekonomian global ini. Dan nampaknya, fase pertumbuhan global ke depan penuh
dengan dinamika yang menantang. Jika dalam situasi yang tak menguntungkan ini
perekonomian kita masih bisa tumbuh di atas 5 persen, sudah merupakan kinerja
yang baik. Masalahnya, untuk meraih mimpi menjadi salah satu kekuatan ekonomi
terbesar dan menjadi negara maju, maka kita perlu meningkatkan secara bertahap
pertumbuhan kita menjadi rata-rata 6-7 persen dalam 10 tahun ke depan. Tentu
tak mudah, namun perlu upaya yang sistematis dan berkelanjutan agar kita
terbebas dari “perangkap negara berpenghasilan menengah”.
Selama 4 tahun terakhir, pemerintah sangat
progresif membangun infrastruktur. Dana yang dialokasikan juga meningkat setiap
tahun. Apakah cukup? Tentu tidak. Masalahnya, infrastruktur adalah
prasyarat pokok yang harus dipenuhi. Meski tak mencukupi, namun dibutuhkan.
Sehingga, mau tidak mau harus diupayakan.
Pertanyaannya, apa setelah pembangunan infrastruktur? Saatnya menyusun peta
jalan membangun basis perekonomian yang produktif dan berdaya saing, ditandai
dengan peningkatan penerimaan dari sektor manufaktur berorientasi ekspor.
Bagaimana kita bica mencapainya? Produktivitas Salah satu kunci agar kita bisa
“naik kelas” menjadi bagian dari kelompok negara maju adalah membangun basis
produksi dengan bertumpu pada prinsip produktivitas.
Produktivitas adalah ukuran untuk menilai
seberapa kita mampu menghasilkan luaran (output perekonomian) dari sumber daya
(faktor produksi) yang kita miliki. Paling tidak, ada dua sumber daya yang
perlu kita upayakan agar mendorong perekonomian domestik.
·
Pertama,
tenaga kerja yang selama ini dianggap menjadi salah satu kendala pokok dalam
meningkatkan produksi domestik.
·
Kedua,
modal yang masih relatif langka sehingga kita menggantungkan ketersediaannya
dari pihak eksternal.
Lemahnya produktivitas perekonomian
domestik ditandai dengan tak berkembangnya sektor industri manufaktur yang
menghasilkan produk berorientasi ekspor. Defisit neraca transaksi berjalan pada
2018 yang nilainya sangat besar, yaitu sekitar US$ 31 miliar atau terburuk
sejak 1975 merupakan early warning dalam membangun perekonomian domestik. Dalam
dua tahun terakhir, defisit transaksi berjalan terus membesar. Jika pada 2016
lalu hanya sebesar (-1,82) persen, pada 2017 sebesar (-1,6) persen, pada 2018
lalu melonjak menjadi (-2,98) persen. Defisit transaksi berjalan menunjukkan
ketergantungan kita pada sumber daya eksternal dalam mendorong perekonomian
kita.
Dengan kata lain, jika ingin tumbuh lebih
tinggi, maka diperlukan transformasi perekonomian agar sumber daya domestik
lebih kuat.
·
Pertama,
meningkatkan ekspor non-migas agar lebih banyak penerimaan dalam bentuk valuta
asing masuk pada perekonomian kita. Neraca non-migas memang masih surplus,
namun jumlahnya terus menurun. Pada 2016 lalu neraca non-migas surplus sebesar
US$ 19 miliar dan pada 2018 lalu turun menjadi US$ 11 miliar. Ekspor produk
non-migas naik, namun kalah dengan kenaikan impor. Penerimaan devisa dalam
jumlah besar dari neraca barang non-migas akan menjadi penanda daya saing
sektor industri. Penerimaan yang masuk menandakan produk non-migas kita punya
daya saing dan mampu menopang aktivitas perekonomian domestik, melalui
penciptaan lapangan kerja.
·
Kedua,
meningkatkan penerimaan dari sektor pariwisata yang memang dalam beberapa tahun
terakhir sudah mengalami peningkatan cukup signifikan. Jika pada 2016 lalu,
wisatawan asing yang datang sekitar 12 juta, pada 2018 lalu sudah mencapai 14
juta dari 15 juta yang ditargetkan. Meski meningkat, namun bila dibandingkan
dengan jumlah wisatawan asing negara tetangga, kita masih sangat tertinggal.
Malaysia misalnya, jumlah wiasatawan yang datang mencapai 25 juta, sementara
Thailand sekitar 35 juta. Perlu upaya yang terarah untuk terus meningkatkan
jumlah wisatawan asing ke berbagai destinasi wisata yang disiapkan secara komprehensif,
mulai dari transportasi, perhotelan serta sarana logistik lainnya.
·
Ketiga,
mengurangi beban neraca migas yang terus mengalami defisit dari tahun ke tahun.
Jika pada 2016 lalu defisit neraca migas mencapai US$ 4,7 miliar, pada 2018
defisit melonjak menjadi US$ 11,5 miliar. Kilang minyak di Cilacap (Katadata)
Untuk menopang dinamika perekonomian domestik, kita terus meningkatkan
kebutuhan impor migas. Harus dicari jalan keluar yang komprehensif dari yang
paling ideal, yaitu mengurangi penggunaan energi fosil melalui peningkatan
produksi energi terbarukan hingga cara yang paling pragmatis, seperti membeli
kilang minyak di negara lain sehingga impor migas akan tercatat sebagai
penerimaan pemerintah.
·
Keempat,
membangun basis industri penghasil bahan baku secara masif. Kita tahu,
kebutuhan konsumsi dan investasi kita masih sebagian besar dipenuhi dari bahan
baku dan bahan penolong impor. Tanpa ada upaya membangun industri penghasil
bahan baku, kita akan terus tergantung pada impor sehingga membebani neraca
transaksi berjalan. Pendek kata, untuk mencapai mimpi menjadi negara maju, tak
bisa membiarkan dinamika perekonomian bergerak sendiri tanpa arah dan strategi.
Potensi memang besar, namun tantangan juga tak ringan. Karena itu, diperlukan
upaya yang sistematis dan berkelanjutan, agar potensi menjadi negara maju,
salah satunya ditandai dengan naiknya peringkat perekonomian dari sisi output.
Tak ada jalan yang mudah, namun bukan berarti tak mungkin. Hanya perlu kerja
keras.
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Pada intinya kita harus saling menghargai & menjaga etika, karena etika
adalah salah satu cara menjaga Ambisi, dimana ambisi yang kita maksud adalah
rasa ingin mendapatkan gelar sebagai Negara Maju, selain itu berpola fikir maju
sangat di butuhkan untuk mewujudkan mimpi tersebut, kita harus lebih banyak
bertindak dan berfikir, buang rasa malas-malasan dan bangun rasa semangat untuk
menjadi yang lebih baik dari sebelumnya.
Dan yang terpenting kita harus tahu bahwa kita memiliki sumber daya alam
yang melimpah, kita harus bisa menjaga keutuhan & kelestariannya, Mengolah
dengan baik agar bisa dimanfaatkan dengan maksimal, selain itu kita harus bisa
memproduksi bukan hanya menjadi manusia yang konsumtif, jika kita sudah bisa
melakukan itu semua, perlahan tapi pasti kita akan menjadi negara yang di
katakan sebagai Negara Maju, ingatlah perkataan ini “ Hal kecil sangatlah
berpengaruh dan bisa membuat perubahan besar, oleh karena itu jangan pernah
menyepelekan hal kecil, dan teruslah berusaha untuk menjadi yang terbaik diantara
yang baik.”
3.2 Saran
Dalam penulisan makalah ini tentunya mempunyai
kekurangan dan kelebihan, baik dalam segi penyampaian isi, kedepannya penulis
akan lebih fokus dan details dalam menjelaskan tentang makalah di atas
dengan sumber-sumber yang lebih banyak lagi. Untuk saran bisa dapat berisi
kritik atau saran terhadap penulisan juga bisa untuk menanggapi terhadap
kesimpulan dari bahasan makalah yang telah dijelaskan.
DAFTAR PUSTAKA
Setiawan, Sakina Rakhma Diah. 2017. Artikel. 72 Tahun Merdeka, Indonesia Berpotensi Jadi Negara Maju. Dalam https://ekonomi.kompas.com/ read/2017/08/17/120100026/72-tahun-merdeka-indonesia-berpotensi-jadi-negara-maju?page=all. diakses pada 29 Desember 2019.
Prasetyantoko, A., Syahrul, Yura ( Ed.). 2019. Artikel. Mimpi Indonesia Menjadi Negara Ekonomi Besar. Dalam https://katadata.co.id/opini/2019/09/11/ mimpi-indonesia-menjadi-negara-ekonomi-besar diakses pada 29 Desember 2019.
Admin
Situs Dewan Perwakilan Rakyat. 2019. Artikel. Indonesia
Berpotensi Menjadi Negara Maju. Dalam http://www.dpr.go.id/berita/detail/id/ 25605/t/Indonesia+Berpotensi+Menjadi+Negara+Maju diakses pada 29 Desember 2019.
Makki, Saffir.
2019. Artikel. Indonesia Butuh 17 Tahun Lagi Jadi Negara Maju. Dalam https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20190108150234-532-359 304/indonesia-butuh-17-tahun-lagi-jadi-negara-maju diakses pada 29 Desember 2019.
0 comments:
Post a Comment